I.PELUMAS
I.1.
Pengertian Pelumas
Pelumas adalah zat kimia, yang
umumnya cairan, yang diberikan di antara dua benda bergerak
untuk mengurangi gaya gesek. Pelumas berfungsi sebagai lapisan pelindung yang memisahkan dua
permukaan yang berhubungan. Umumnya pelumas terdiri dari 90% minyak dasar dan 10% zat tambahan.
Pada dasarnya yang menjadi tugas pokok pelumas adalah mencegah atau
mengurangi keausan sebagai akibat dari kontak langsung antara permukaan logam
yang satu dengan permukaan logam lain terus menerus bergerak. Selain keausan
dapat dikurangi, permukaan logam yang terlumasi akan mengurangi besar tenaga
yang diperlukan akibat terserap gesekan, dan panas yang ditimbulkan oleh
gesekan akan berkurang. Selain mempunyai tugas pokok, pelumas juga berfungsi
sebagai penghantar panas.
Teknik
pelumasan adalah suatu cara untuk memperkecil gesekan dan keausan dengan
menempatkan suatu lapisan tipis (film) fluida diantara
permukan-permukaan yang bergesekan. Sementara pelumas dapat didefinisikan
sebagai suatu zat yang berada atau disisipkan diantara dua permukaan yang
bergerak secara relatife agar dapat mengurangi gesekan antar permukaan
tersebut. Teknik pelumasan ini sangat dibutuhkan dalam suatu industri terutama
dalam dunia permesinan yang sangat banyak terjadinya gesekan antara
komponen-komponen mesin dan banyaknya komponen mesin yang harus dijaga
kondisinya agar umur dari suatu komponen mesin tersebut lebih panjang dalam
pemakaiannya. Misalnya dalam gerakan berputar pada bantalan luncur, poros atau
jurnal yang beroksilasi pada bantalan, gabungan dari gerakan menggelinding atau
luncuran pada gigi-gigi roda gigi yang berpasangan, gerakan luncuran pada
piston terhadap silindernya dan yang lain yang kesemuanya itu memerlukan
pelumasan.
I.2.Fungsi
Bahan Pelumas
Merawat
mesin maupun peralatan (equipment) harus dilakukan dengan perawatan
berkala secara teratur salah satunya dengan memperhatikan penggunaan minyak
pelumas yang tepat dan berkualitas. Penggunaan minyak pelumas yang tepat
merupakan syarat yang mutlak agar kemampuan mesin ataupun peralatan yang
digunakan tetap prima.
Hal
ini sesuai dengan fungsi dari minyak pelumasan antara lain:
1.
Mengurangi
gesekan dan keausan
Mengurangi gesekan dan keausan dilakukan dengan memberikan lapisan
(film) untuk menghindari kontak langsung bagian-bagian mesin yang saling
bergesekan sehingga melindungi permukaan logam yang bersinggungan baik yang
meluncur atau yang menggelinding dari keausan. Ini merupakan fungsi utama dari
bahan pelumas.
2.
Memindahkan
panas
Panas yang timbul akibat pergesekan seperti pada bantalan-bantalan
atau roda gigi dapat dipindahkan oleh minyak pelumas asalkan terjadi aliran
minyak yang mencukupi. Demikian juga panas yang terjadi akibat dari pembakaran.
Minyak pelumas menjadi komponen pendingin dari piston, silinder liner, dan
lainnya dari panas pembakaran Di samping itu, minyak pelumas juga mendinginkan
panas akibat gesekan. Panas yang diserap akan mengakibatkan turunnya viscositas
minyak pelumas.
3.
Menjaga
sistem agar tetap bersih
Pelumas juga sebaiknya bisa mencegah terjadinya fouling
serpihan-serpihan yang dihasilkan dari proses mekanis, dari hasil degradasi
pelumas itu sendiri maupun dari hasil proses pembakaran. Apa yang disebut
deposit adalah seperti karbon padat, varnish atau endapan. Ini dapat mengganggu
pengoperasian alat. Kasus ekstrem adalah ring piston tidak bisa bergerak, dan
aliran minyak tersumbat. Juga partikel-partikel logam akibat keausan, abu yang
berasal dari luar dan sisa pembakaran yang dapat memasuki sistem dan menghalangi
operasi yang efisien juga harus dapat dibersihkan
oleh suatu bahan pelumas. Kotoran ini perlu disingkirkan dari permukaan
komponen yang bersinggungan.
4.
Melindungi
sistem
Baik dari hasil degradasi pelumas atau akibat kontaminasi hasil
pembakaran, pelumas bisa bersifat asam dan menjadikan korosi pada logam. Adanya
uap air dapat juga menyebabkan karat pada besi. Oleh sebab itu pelumas harus
bisa menanggulangi efek-efek tersebut dan oleh Karena itu bahan pelumas harus
direncanakan untuk melindungi sistem terhadap serangan korosif dan kimiawi.
Bahan pelumas juga dapat melindungi sistem dari getaran yang
terjadi dengan cara meredam getaran dan kejutan pada sambungan karena gerakan
tenaga yang selalu berubah Mengingat arti pentingnya minyak pelumas bagi daya
tahan mesin, maka sebelum memilih minyak pelumas ada baiknya lebih dulu
mengetahui kualitas minyak pelumas tersebut sehingga dapat mencegah penggunaan
minyak pelumas yang tidak sesuai dengan spesifikasi mesin.
I.3. Jenis-jenis pelumasan
1.
Pelumasan Hidrodinamis
Pada
pelumasan dengan tipe hidrodinamis (Hydrodynamic Lubrication) permukaan
yang bergesekan atau yang bersinggungan baik yang bergerak meluncur atau pun
menggelinding, dipisahkan oleh pelumas secara sempurna. Dimana tekanan pada lapisan
tipis pelumas dibangkitkan oleh gerakan relatif oleh kedua permukaan itu
sendiri. Salah satu contoh penggunaan pelumasan dengan tipe hidrodinamis adalah
gerakan rotasi yang terjadi pada bantalan luncur (journal bearing).
2.
Pelumasan
Hidrostatis
Pada pelumasan hidrostatis ini menggunakan pompa tekanan tinggi
yang akan menekan minyak pelumas ke bagian-bagian yang bergerak. Pelumasan
jenis ini tidak memerlukan gerakan relatif dan biasanya digunakan pada
mesin-mesin yang bagian-bagian bergeraknya terlalu berat seperti turbin yang
berkapasitas besar tidak dimungkinkan lagi terjadinya pelumasan hidrodinamis
pada saat start, sementara tipe pelumasan lainnya tidak dihendaki terjadi.
Untuk ini diperlukan tekanan yang besar terjadi pada lapisan tipis minyak
pelumas di antara poros dan bantalan misalnya. Tekanan demikian dapat diperoleh
dengan menggunakan pompa tekanan tinggi yang akan menekan minyak pelumas ke
bagian-bagian yang bergesek, bukann sekedar pompa
tekanan rendah yang berfungsi hanya sebagai pendistribusi atau pensirkulasi
minyak pelumas. Pelumasan hidrostatis disebut juga pelumasan tekanan luar
karena tekanan yang timbul diakibatkan pengaruh kerja dari luar sistem. Setelah
poros berputar dengan kecepatan tinggi biasanya pompa tekanan tinggi yang digunakan
dapat dihentikan sementara pompa tekanan rendah sebagai pensuplai minyak
pelumas terus difungsikan.
3.
Pelumasan
Elastohidrodinamis (Elastohydrodynamic
Lubrication)
Pelumasan
jenis ini dipakai jika kontak bidang antara kedua permukaan yang bergerak
sangat kecil seperti kontak titik atau kontak garis sehingga akan timbul
tekanan yang demikian besar pada lapisan tipis minyak pelumas yang membatasi
permukaan-permukaan tersebut. Pelumasan dengan tipe seperti ini dapat ditemukan
pada bantalan gelinding meskipun pelumasan hidrodinamis dapat juga dilakukan.
4.
Pelumasan
Bidang Batas (Boundary Lubrication)
Pelumasan bidang batas ini terjadi karena tidak dimungkinkannya
membentuk lapisan tipis minyak pelumas yang sempurna karena beban yang terlalu
besar, penurunan kecepatan dari permukaan yang bergerak, pengurangan jumlah
pelumas yang dimasukkan ke dalam bantalan dan kenaikan suhu pelumas. Pada
keadaan ini lapisan tipis yang terjadi hanya dalam ketebalan beberapa ukuran
molekul saja. Pelumasan ini sering terjadi ketika mesin dihidupkan dan terus
berlanjut hingga menjelang mesin mencapai kecepatan operasionalnya.Lapisan yang
terbentuk dalam pelumasan jenis ini sangat rumit untuk dijelaskan yang jelas,
ketebalan lapisan tersebut hanya beberapa
molekul.Lapisan
ini bahkan tidak terbentuk dari oli pelumas, melainkan berupa kotoran, oksida
logam, dan gas dari udara.
5.
Pelumasan Padat (Solid
Lubrication)
Pelumasan padat dapat dipahami misalnya pada
sebuah contoh, misalnya debu pasir dan kerikil pada permukaan jalan dapat
menyebabkan kendaraan tergelincir karena debu, pasir dan kerikil mengurangi
gesekan antara ban dan permukaan jalan. Teknisnya, debu, pasir dan kerikil
tersebut bertindak sebagai pelumas, namun tentu saja tidak ada yang
merekomendasikan debu, pasir dan kerikil sebagai pelumas padat pada elemen
mesin. Jadi pelumasan padat (Solid Lubrication) dapat diartikan seperti
sebuah sistem pelumasan dimana diantara permukaan kontak saling melumasi
sendiri oleh bahan padat yang dilapisi dan kadang menyatu pada elemen tersebut.
Misalnya bahan inorganik tertentu seperti grafit dan molybdenum disulfida,
memiliki sifat mampu membentuk lapisan tipis pada permukaan logam yang bergeser
dengan mudah dan menahan penetrasi oleh permukaan-permukaan yang bergesekan.
6.
Pelumasan
Tekanan Ekstrim
Di bawah pengaruh kondisi kerja yang paling hebat, seperti pada
pemotongan logam atau roda gigi yang mengalami beban kejut, adiktif tekanan
ekstrim digunakan. Tekanan adiktif ekstrim ini merupakan senyawa minyak yang
dapat larut dan biasanya mengandung zat belerang, chlorin atau fosfor yang
bereaksi denga permukaan bantalan pada temperatur tinggi yang timbul dimana
lapisan tipis minyak pelumas pecah, membentuk zat lapisan tipis yang titik
cairnya tinggi antara permukaan-permukaan yang berkontak. Pada proses
pelumasan
tekanan ekstrim sedikit keausan tak dapat dielakkan antara permukaan yang
bergerak tapi boleh jadi sangat kecil dan hampir berakhir bagi permukaan yang
bergerak relatif.
I.4.
Sifat Pelumasan
A. Karakterisik Penting Untuk Pelumas Cair
Beberapa
sifat penting yang sangat dibutuhkan agar minyak lumasi dapat berfungsi dengan
baik adalah .
1. Low
volatility atau tidak mudah menguap, terutama
pada kondisi operasi. Volatilitas suatu minyak lumas penting sekali dalam
pemilihan jenis pelumas dasar sesuai dengan pemakaian. Sifat ini tidak dapat
diperbaiki dengan penambahan aditif.
2. Fluiditas
atau sifat mengalir dalam daerah suhu
operasi. Karakterisitik aliran dipengaruhi sebagian besar oleh minyak dasar.
Fluiditas dapat diperbaiki dengan aditif > Pour point depressants untuk
memperbaiki aliran pada suhu, viscosity modifiers untuk memperbaiki aliran pada
suhu tinggi.
3. Stabilitas
selama periode pemakaian. Sebagian sifat
ini ditentukan oleh sifat minyak dasar, namun terutama ditentukan oleh aditif
yang memperbaiki stabilitas.. Stabilitas pelumas sangat ditentukan oleh kondisi
lingkungan seperti temperatur, potensial oksidasi dan kontaminasi dengan air,
fraksi bahan bahan yang tak terbakar, dan asam-asam korosif.membatasi umur
pelumas. Aditif sangat berperan menaikkan kinerja dan umur pelumas.
4. Kompatibilitas
atau kecocokan dengan bahan lain dalam
sistim. Kompatibilitas pelumas dengan seals, bearings, clutch plates dll.,
sebagian ditentukan oleh sifat minyak dasar. Namun aditif juga dapat memiliki
pengaruh besar memperbaiki sifat ini.
I.5. Klasifikasi
Kekentalan Minyak Pelumas Menurut SAE
(Society of American Engineers)
Dalam
pelumas dikenal dua tingkat kekentalan, yaitu pelumas dengan kekentalan tunggal
(single grade) dan kekentalan ganda (multi grade). Single grade ditandai dengan
satu angka SAE misalnya SAE 10, SAE 30, SAE 40, SAE 90, dll. Sedangkan multi
grade ditandai dengan dua angka SAE misalnya SAE 10W-30, SAE 20W-50, dll. Pelumas
single grade hanya memiliki satu tingkat kekentalan. Pelumas kategori ini
memiliki rentang yang relatif sempit atau kecil terhadap perubahan temperatur.
Kini yang banyak digunakan adalah pelumas multi grade, sehingga lebih fleksibel
beradaptasi terhadap perubahan temperatur. Contohnya pelumas SAE 10W-30. Huruf
W menunjukkan bahwa bila pelumas dipakai pada suhu rendah
(W=winter/dingin), pelumas akan bersifat seperti pelumas SAE 10. Sementara
angka 30 menunjukkan bahwa pada suhu tinggi (panas) pelumas bersifat seperti
SAE 30.
Klasifikasi SAE untuk
oli motor
Nomor kekentalan SAE
|
Daerah Kekentalan
|
|||
0 oF atau – 17,8 oC
|
210 oF atau 98,9 oC
|
|||
Min
|
Max
|
Min
|
Max
|
|
5 W
|
-
|
1.300 cSt
|
-
|
-
|
10 W
|
1.300 cSt
|
2.600 cSt
|
-
|
-
|
20 W
|
2.600 cst
|
10.500 cSt
|
-
|
-
|
20
|
-
|
-
|
5,7 cSt
|
9,6 cSt
|
30
|
-
|
-
|
9,6 cSt
|
12,9 cSt
|
40
|
-
|
-
|
12,9 cSt
|
16,8 cSt
|
50
|
-
|
-
|
15,8 cSt
|
22,7 cSt
|
Klasifikasi SAE untuk
oli transmisi
Nomor kekentalan SAE
|
Temperatur maksimum Visikositas 166.000 cSt
|
Visikositas pada 210 oF
|
||
Min
|
Max
|
|||
oF
|
oC
|
cSt
|
cSt
|
|
75 W
|
-40
|
-40
|
4,2
|
-
|
80 W
|
-15
|
-26,1
|
7,0
|
-
|
85 W
|
10
|
-12,2
|
11,0
|
-
|
90
|
-
|
-
|
14,0
|
25
|
140
|
-
|
-
|
25,0
|
43
|
250
|
-
|
-
|
43,0
|
-
|
JASO (Japan Automotive Standard Organization)
JASO telah menciptakan
standar kinerja dan kualitas mereka sendiri untuk mesin bensin asal Jepang. Untuk mesin bensin 4 langkah, JASO T904
standar yang digunakan, dan sangat relevan dengan mesin sepeda motor. JASO
T904-MA dan MA2 dirancang untuk penggunaan pada kopling basah, dan JASO T904-MB
standar tidak cocok untuk penggunaan kopling basah. Untuk mesin bensin 2 langkah, digunakan
JASO M345 (FA, FB, FC). Standar-standar
ini, terutama JASO-MA dan JASO-FC, dirancang untuk mengatasi kebutuhan oli yang
tidak ditangani oleh kategori layanan API.
ILSAC ( International Lubricant Standardization and
Approval Committee)
ILSAC juga memiliki
standar untuk oli motor. Diperkenalkan pada 2004, GF-4 berlaku untuk SAE 0W-20,
5W-20, 0W-30, 5W-30, dan 10W-30. Secara umum, ILSAC bekerja sama dengan API
dalam menciptakan spesifikasi oli mesin bensin terbaru, dengan ILSAC
menambahkan persyaratan tambahan untuk pengujian penghematan bahan bakar untuk
spesifikasi mereka.
ACEA (Association des Constructeurs
Européens d'Automobiles)
Klasifikasi performa
dan kualitas ACEA yang digunakan di Eropa bisa dibilang lebih ketat daripada
API dan ILSAC. Badan pengembangan untuk pengujian bahan bakar dan pelumas di
Eropa, CEC (The Co-ordinating European Council), mengatur standar ini melalui
kelompok industry mereka di Eropa; ACEA, ATIEL, ATC dan CONCAWE.
I.6. Kekentalan, Temperatur dan Tekanan
1. Kekentalan (Viscosity)
Kekentalan merupakan sifat yang paling utama
dari sebuah bahan pelumas karena sifat ini secara garis besar menunjukkan
kemampuan melumasi sesuatu. Atau dengan kata lain bahwa kekentalan adalah
kemampuan dari bahan pelumas untuk melawan tegangan geser yang terjadi pada
waktu bergerak. Kekentalan minyak
pelumas itu berubah-ubah menurut perubahan temperatur. Dengan sendirinya minyak
pelumas yang baik tidak terlalu peka terhadap perubahan temperatur, sehingga
dapat berfungsi sebagai mestinya, baik dalam keadaan dingin pada waktu mesin
mulai bekerja maupun pada saat temperatur kerja. Bahan harus mengalir ketika
suhu mesin atau temperatur ambient. Mengalir secara cukup agar terjamin
pasokannya ke komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental bahan pelumas,
maka lapisan yang ditimbulkan menjadi lebih kental.
Lapisan halus pada pelumas kental
memberi kemampuan ekstra menyapu atau membersihkan permukaan logam yang
terlumasi. Sebaliknya pelumas yang terlalu tebal akan memberi resitensi
berlebih mengalirkan pelumas pada temperatur rendah sehingga mengganggu
jalannya pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, pelumas harus
memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur tertinggi
atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan. Hukum Newton tentang aliran
viscos menyatakan bahwa tegangan geser di dalam fluida adalah berbanding lurus
dengan perubahan kecepatan.
Defenisi
kekentalan melalui hukum Newton
Jadi kekentalan menurut
hukum Newton dapat kita defenisikan sebagai berikut:
τ
= μ μ
dimana:
τ = tegangan geser fluida (N/m2)
μ
= kekentalan dinamik (Poise, P)
u = kecepatan relatif prmukaan (m/det)
h
= tebal
lapisan pelumasan (m)
Sehingga kekentalan dinamik dapat
ditulis:
μ
=
Kekentalan dinamik disebut juga dengan
kekentalan absolut, sementara kadar geseran adalah du/dy. Jika kekentalan
dinamik dibagi dengan rapat massa
pada temperatur yang sama hasilnya
disebut kekentalan kinematik. Secara Matematis ditulis:
ν =
dimana: ν = kekentalan kinematik (Stoke, S)
ρ = rapat massa (gram/cm3)
Dalam satuan cgs, tegangan geser adalah
dalam dyne/cm2 dan kadar geseran dalam det-1, maka satuan
kekentalan dinamik adalah poise disingkat P. Sedangkan satuan rapat massa gram/cm3
sehingga satuan kekentalan kinemati adalah stoke disingkat St. Satuan yang
paling umum dalam industri perminyakan adalah centipoise disingkat cP dan
centistoke disingkat cSt, dimana 1 P = 100 cP dan 1 St = 100 cSt. Dalam satuan
SI, untuk kekentalan dinamis adalah N det/m2 atau kg/m det dan satuan
kekentalan kinematik adalah m2/det.
Dengan demikian
diperoleh hubungan satuan-satuan:
1 P = 10-1 N det/m2
1 cP = 10 -3 N det/m2
1 St = 10-4 m/det2
1cSt = 10-6 m2/det
Dalam satuan British
untuk kekentalan dinamik dikenal satuan lbf.s/in2 (pound-force
second per square inch) yang disebut juga dengan reyn, untuk penghormatan
terhadap Sir Osborne Reynolds. Hubungan antara reyn dan centipoise:
1 reyn = 1 lbf.s/in2
= 7,03 kgf.s/m2
1 reyn = 6,9 . 106
Cp
Kekentalan beberapa fluida pada
temperatur kamar.
Fluida
|
Kekentalan dinamik dalam cP
|
Kekentalan kinematik dalam cSt
|
Udara
|
0,018
|
15
|
Bensin
|
0,5
|
0,7
|
Air
|
1
|
1
|
Minyak zaitun
|
84
|
93
|
Gliserol
|
1500
|
1250
|
Minyak pelumas
|
8-1400
|
10-1500
|
1.
Hubungan
Kekentalan Dengan Temperatur
Yang penting dalam setiap situasi dimana
bahan pelumas bekerja pada suatu daerah temperatur tertentu. Pada temperatur
rendah molekul-molekul pada cairan sangat rapat sekali satu sama yang lain
dengan kata lain volume bebas terbatas. Pada temperatur tinggi volume bebas
bertambah, kekentalan fluida turun dan ukuran, bentuk molekul-molekul dan
sebagainya tidak begitu penting.
Pada minyak pelumas dengan
ukuran-ukuran molekul-molekulnya bertambah akan sekaligus menaikkan titih
didih, titik beku, rapat massa dan kekentalannya sementara volatilitasnya
menurun. Hubungan paling berguna yang mana dapat digunakan pada minyak mineral
dengan daerah temperatur yang besar adalah:
Log
10 Log 10 (v + 0,6) = n Log 10 T + C
Dimana :
v = kekentalan dinamik
(cSt)
T = temperatur (oR = oF + 460)
C =
konstanta Harganya bergantung
pada jenis minyak pelumas
n = konstanta
Persamaan Roeland, Blok
dan Vlugter juga memberikan hubungan antara kekentalan minyak pelumas dengan
temperaturnya dan dinyatakan sebagai berikut:
Log (1,200 + log μ) = log b – S log (1 + t/135)
Dimana :
μ = kekentalan dalam cP
t = temperatur dalam oC
S=
indeks slope (dituntut konstan untuk minyak pelumas dari minyak mentah yang diolah sama)
Hubungan Kekentalan Dengan Tekanan
Hubungan ini sangat
penting dalam bidang hidrolika dan pelumasan tipe elastohidrodinamis. Kenaikan
tekanan analog dengan penurunan temperatur, dimana begitu tekanan bertambah
kekentalan menurun. Minyak pelumas yang menunjukkan perubahan kekentalan yang
besar dengan perubahan temperatur juga akan menunjukkan perubahan yang besar
dengan percobaan tekanan.
5.
Standar
Pelumas
Warna pelumas bermacam-macam tergantung
dari mereknya. Ada yang berwarna merah, hijau tua, kuning, atau ungu. Oli juga
dibedakan atas kekentalannya. Dalam kemasan atau kaleng pelumas, biasanya
ditemukan kode huruf dan angka yang menunjukkan kekentalannya. Contohnya, SAE
40, SAE 90, SAE 10W-50, SAE 5W-40, dsb. SAE merupakan kependekan Society of
Automotive Engineers atau Ikatan Ahli Teknik Otomotif. SAE mirip organisasi
standarisasi seperti ISO, DIN, JIS, dsb. yang mengkhususkan diri di bidang
otomotif. Sedangkan angka di belakang huruf tersebut menunjukkan tingkat
kekentalannya.
Maka, SAE 40 menunjukkan oli tersebut
mempunyai tingkat kekentalan 40 menurut standar SAE. Semakin tinggi angkanya,
semakin kental pelumas tersebut. Ada juga kode angka multi grade seperti
10W-50, yang menandakan pelumas mempunyai kekentalan yang dapat berubah-ubah
sesuai suhu di sekitarnya. Huruf W di belakang angka 10 merupakan singkatan
kata Winter (musim dingin). Maksudnya, pelumas mempunyai tingkat
kekentalan sama dengan SAE 10 pada saat suhu udara dingin dan SAE 50 ketika
udara panas. Oli seperti ini sekarang banyak di pasaran karena kekentalannya
luwes (flexible) dan tidak cenderung mengental saat udara dingin sehingga mesin
mudah dihidupkan di pagi hari.
Pada suhu udara panas atau normal,
tingkat kekentalan pelumas mesin berkisar 40 - 60. Sedangkan pelumas roda gigi
seperti persneling, gardan, dsb., kekentalannya 90 untuk kendaraan tugas ringan
seperti kendaraan penumpang, dan 140 untuk kendaraan tugas berat seperti truk,
traktor, alat berat, dan semacamnya. Oli jenis ini tidak begitu dipengaruhi
oleh suhu udara di sekitarnya.
Khusus
untuk transmisi otomatis, pelumas yang digunakan berbeda dengan transmisi
manual. Pelumas transmisi otomatis sering disebut juga ATF (automatic
transmission fluid). Sebenarnya fungsi ATF tidak hanya sebagai pelumas
tetapi juga sebagai pemindah tenaga atau minyak hidrolik. Karena itu ATF juga
sering digunakan pada power steering (peringan kemudi).
Selain kekentalan, yang juga perlu
diperhatikan adalah mutunya. Kalau tingkat kekentalan mempunyai satuan SAE,
maka tingkat mutu mempunyai satuan sendiri yaitu API (American Petrolium
Institute). Untuk tingkatan mutu ditandai dengan kode-kode huruf dan hanya
tertera pada pelumas mesin. Kode tersebut terdiri atas dua bagian yang
dipisahkan garis miring. Contohnya, API Service SG/CD, SH+/CE+, dsb.
Kode yang berawalan huruf S (kependekan
dari kata Spark yang berarti percikan api) adalah spesifikasi untuk
mesin bensin. Pembakaran pada mesin bensin memang dinyalakan oleh percikan api
busi. Sedangkan pada mesin disel pembakaran terjadi karena adanya tekanan udara
sangat tinggi, sehingga kode mutu pelumas mesinnya diawali huruf C (Compression).
Huruf kedua pada kode mutu merupakan tingkatan mutunya, sesuai dengan urutan
huruf atau alfabet. Semakin mendekati huruf Z semakin bagus mutu pelumas
tersebut.
Pelumas dengan kode SG/CD menandakan
pelumas tersebut terutama digunakan untuk mesin bensin (SG), meski dapat pula
untuk mesin disel (CD). Dan tingkat mutu pelumas tersebut sampai pada tingkat G
untuk mesin bensin dan tingkat D untuk mesin disel. Sedangkan tanda
"+", misalnya pada kode SH+/CE+, adalah sebagai tanda nilai lebih
dari tingkat SH dan CE.
Ada juga penulisan kode yang dibalik
dengan huruf C di depan, misalnya CD/SF atau CE++/SH+. Ini pun ada maksud
tertentu, yaitu pelumas dikhususkan untuk mesin disel, meskipun bisa pula
digunakan pada mesin bensin.
Jika
diperhatikan, meskipun pelumasnya sama bila digunakan pada mesin disel, mutunya
dinilai lebih rendah daripada jika pelumas tersebut digunakan pada mesin
bensin. Memang umumnya pelumas mesin mempunyai tingkat mutu seperti ini. Mesin
disel mempunyai tekanan atau kompresi dua kali lipat lebih besar daripada mesin
bensin. Akibatnya, getaran mesin dan momen puntir yang dihasilkan lebih besar.
Tugas
pelumas pada mesin disel pun lebih berat dibandingkan dengan pada mesin bensin.
Karena itu, standar kualitasnya lebih tinggi ketimbang standar kualitas pelumas
mesin bensin. Yang menjadi patokan mutu pelumas adalah kekuatan lapisan film
pelumas yang berfungsi melekatkan pelumat tersebut pada logam. Semakin tinggi
kualitasnya, semakin kuat lapisan film mengikat pelumas pada permukaan logam
mesin. Dikatakan semakin tinggi kualitasnya lantaran logam semakin terlindung
dari proses keausan. Sampai saat ini tingkat kualitas pelumas masih sampai
tingkat SJ+ dan CF++. Mesin-mesin teknologi baru seperti Twin-Cam, DOHC,
Multi-Valve, VTEC, VVT, Turbo, dsb., menuntut pelumas tingkat tinggi,
karena komponen mesin yang harus dilumasi sangat banyak.
I.7. Additive
Kualitas
pelumas yang baik tidak hanya didapatkan dengan cara proses pengolahan maupun
pemurnian (purifikasi), tetapi perlu ditambahkan bahan-bahan kimia tertentu
yang lebih dikenal dengan aditif. Aditif yang ditambahkan ke dalam minyak
pelumas bertujuan untuk memperbaiki kualitas minyak pelumas. Penambahan aditif dalam
minyak pelumas ini berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi, temperatur, dan
kerja dari mesin itu sendiri. Oleh karena itu jenis-jenis minyak pelumas
berbeda-beda dapat kita temukan di pasaran.
Penambahan aditif ke dalam minyak
pelumas bukan perkara mudah karena minyak pelumas akan bereaksi dengan aditif
tersebut, dan juga aditif tersebut akan mempengaruhi aditif lainnya. Oleh
karena itu, formulasi penambahan aditif terus dilakukan untuk mendapatkan
minyak pelumas kualitas tinggi. Berikut ini adalah jenis-jenis aditif yang
biasa digunakan:
- Deterjen
merupakan
aditif dalam bentuk ikatan kimia yang memberikan kemampuan mengurangi timbulnya
deposit dari ruang bakar maupun dari bagian mesin lainnya. Minyak pelumas yang
diberi aditif ini bekerja untuk mesin yang beroperasi pada temperatur tinggi.
Jenis deterjen yang digunakan adalah sulfonat, fosfonat, dan fenat.
- Dispersan
Aditif yang
bekerja pada temperatur rendah yang berfungsi untuk menghalangi terbentuknya
lumpur atau deposit di dalam ruang mesin. Aditif ini cocok digunakan pada
mesin-mesin mobil kendaraan pribadi yang sering berhenti dan berjalan.
- Antioksidan
Karena
lingkungan kerja, minyak pelumas sering berhubungan (kontak) dengan udara luar
pada temperatur dan kondisi kerja tinggi. Minyak pelumas juga kontak dengan
logam atau bahan kimia yang bersifat sebagai katalisator oksidasi. Karena hal
di atas, minyak pelumas akan mengalami sederetan reaksi oksidasi yang dapat
menurunkan viskositas minyak pelumas.
Untuk itu,
antioksidan diberikan untuk mengurangi peroksida. Bahan-bahan kimia yang
digunakan adalah sulfida, fosfit, disulfida, selenida dan zink ditiofosfat.
- Pelindung Korosi
Berfungsi untuk
melindungi bahan-bahan non logam yang mudah terkena korosi dalam mesin,
terutama bantalan yang perlu tahan terhadap kontaminasi asam dari minyak
pelumas. Kontaminasi ini terjadi sebagai hasil oksidasi minyak pelumas dan hasil
pembakaran bahan bakar yang merembes melalui cincin piston.
KESIMPULAN
1. Pelumas mampu mengurangi gaya gesek pada sistem yang
bekerja
2. Pelumas mampu mengurang keausan
3. Dengan adanya pelumasan terhadap sistem yang bekerja,
akan memperpanjang jangka waktu pemakaian sistem tersebut.
4. Pelumas adalah sebagai media yang mencegah terjadinya
kontak langsung antara dua sistem yang bekerja
TRIBOLOGI
Dibuat untuk
memenuhi syarat mengikuti mata kuliah
Tribologi
Jurusan Teknik
Mesin
OLEH
TIMBUL SITANGGANG
(03081005091)
JURUSAN
TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar